Menulis
adalah keterampilan menuangkan gagasan melalui lambang-lambang grafis
yang melambangkan suatu bahasa. Keterampilan menulis melatih seseorang
untuk berkreasi, berimajinasi, dan bernalar. Kaidah penulisan teks
sastra seperti prosa fiksi, drama, atau puisi; tentu saja berbeda dengan
kaidah penulisan teks non sastra. Jika penulisan teks sastra lebih
menekankan kreativitas yang diolah dari pengalaman dan imajinasi,
penulisan teks non sastra menekankan pada pengetahuan dan objektivitas
dalam bernalar.
Ceita
pendek (cerpen) merupakan bagian dari prosa fiksi. Penulisan cerpen
berbeda dengan penulisan jenis prosa fiksi lainnya. Cerpen isinya lebih
singkat dari novel, karena itu bentuk tulisannya juga lebih pendek.
Secara
umum, cerpen disebut sebagai bacaan sekali duduk. Menulisnya juga tidak
terlalu memakan waktu. Menulis cerpen diantaranya bermanfaat untuk
mengasah daya cipta, mengembangkan imajinasi, dan mempertajam empati.
Cerpen yang dikirim ke media dan dipublikasikan, biasanya akan mendapat
honorarium dengan jumlah tertentu. Jika seseorang hobi menulis cerpen
dan serius menekuninya, maka penulis cerpen bisa dijadikan profesi yang
menghasilkan.
Cerpen
Harris
Effendi Thahar mendefinisikan cerpen sebagai salah satu jenis prosa
fiksi, cerita naratif yang ditulis secara singkat. Fiksi berarti kisah
yang tidak nyata, tidak benar-benar terjadi. Fiksi adalah fakta yang
terhimpun dalam pengalaman batin seorang pengarang, lalu dikreasikan
kembali dengan imajinasinya, sehingga menjadi sesuatu yang hidup dan menjadi
suatu kenyataan baru. Arswendo menyebut ‘kenyataan baru’ itu sebagai
realitas imajinatif, kenyataan yang dihasilkan dari imajinasi.
Jenis Cerpen
Secara
umum, cerpen digolongkan menjadi cerpen sastra dan cerpen populer.
Cerpen sastra mempunyai ciri yang khas. Dilihat dari temanya, cerpen
sastra biasanya mengangkat masalah kemanusiaan dan makna kehidupan.
Penggarapannya juga serius, karena itu tak heran jika kesan sebuah
cerpen sastra dikenang dalam waktu yang lama oleh pembacanya. Cerpen
sastra mengajak pembacanya untuk berpikir dan merenungkan sesuatu secara
mendalam. Hal ini berbeda dengan cerpen populer. Tema cerpen populer
biasanya seputar percintaan laki-laki dan perempuan. Penggarapannya
cenderung kurang memperhatikan unsur-unsur yang bersifat substansial,
sehingga ketika pembaca membaca bagian awal sudah terbayang bagaimana
akhirnya. Dengan kata lain, fiksi populer cenderung menyenangkan
pembacanya.
Dalam
perjalanannya, genre cerpen berkembang menjadi banyak jenis. Dilihat
dari segi batasan usia, ada jenis cerpen anak dan cerpen remaja. Cerpen
anak adalah cerpen untuk anak dengan kisaran usia hingga 12 tahun,
sedang cerpen remaja adalah cerpen untuk anak dengan kisaran usia di
atas 12 tahun hingga 18 tahun. Dari segi isi, ada cerpen misteri, cerpen
fantasi, cerpen humor, dll.
Unsur-unsur Cerpen
Secara umum, unsur-unsur cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Tema
Tema adalah dasar cerita,
suatu konsep, ide, atau gagasan yang menjadi dasar diciptakannya sebuah
cerpen. Dengan kata lain, tema adalah roh atau jiwa cerita.Tema bisa
bersumber dari pengalaman sehari-hari atau imajinasi penulis. Tema-tema
seperti petualangan, misteri, kekeluargaan, kehidupan sehari-hari
sekitar lingkungan hidupnya, adalah tema-tema cerita yang disukai
anak-anak usia peralihan.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh
dalam cerpen adalah pelaku cerita. Untuk menentukan tokoh, ada beberapa
pertanyaan yang harus dijawab, misalnya siapa tokoh utama dan tokoh
pelengkapnya, bagaimana ciri fisiknya, seperti apa karakternya, dsb.
Sedang penokohan dalam cerpen berkaitan dengan perwatakan tokoh, apakah
tokoh itu jahat atau baik, bagaimana kesehariannya, bagaimana kondisi
kejiwaannya, dsb. Dengan kata lain, tokoh dan penokohan merupakan cara
seorang penulis cerita untuk mendeskripsikan tokoh yang diciptakannya.
3. Alur/Plot
Alur/plot adalah jalan cerita, bagaimana sebuah cerita dirangkai dari awal hingga akhir. Ada beragam jenis plot.
Berdasarkan bagaimana sebuah cerita diakhiri (ending cerita), plot dibedakan menjadi plot terbuka, plot tertutup, plot lembut, dan plot ledakan. Penjelasannya sebagai berikut.
a. Plot
terbuka cenderung membuat pembaca cerpen penasaran, karena penulis
menyerahkan akhir cerita kepada pembacanya. Pembaca dibiarkan
menerka-nerka akhir cerita menurut pemikirannya. Plot ini memungkinkan
sebuah cerita ditulis kelanjutannya seperti cerita bersambung.
b. Plot tertutup adalah plot yang sudah jelas akhirnya, sedih atau bahagia.
c. Plot lembut adalah cerita yang berakhir seperti bisikan, dapat ditebak oleh pembaca.
d. Plot
ledakan adalah plot yang memiliki cerita dengan akhir yang mengejutkan,
tidak disangka-sangka, melenceng dari dugaan sebelumnya.
Berdasarkan waktu pengisahan, alur atau plot dibedakan menjadi alur maju, alur mundur (flash back), dan alur campuran. Penjelasannya sebagai berikut.
a. Pada alur maju, waktu pengisahan sebuah cerita (kronologi cerita) berjalan maju tanpa mengisahkan masa yang sudah lewat (masa lampau).
b. Pada alur mundur, sebuah cerita dikisahkan secara mundur, cenderung mengisahkan masa lalu.
c. Alur
campuran merupakan perpaduan keduanya, kadangkala cerita berjalan
sesuai urutan waktu, kadangkala melompat ke masa lalu, kemudian kembali
lagi ke masa kini.
Dalam alur terdapat rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa tersebut lazim disebut tahapan alur. Tahapan alur secara umum terdiri dari eksposisi (pengenalan), konflik, perumitan, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian.
4. Latar/Setting
Latar adalah latar belakang cerita. Secara umum setting dibedakan menjadi setting tempat (dimana sebuah cerita terjadi), setting waktu (kapan sebuah cerita terjadi), dan setting suasana (bagaimana suasana sebuah cerita)
5. Sudut Pandang (Point of View/PoV)
Sudut
pandang adalah bagaimana penulis menceritakan kisah yang ditulisnya,
apakah menggunakan sudut pandang orang pertama (aku, saya), menggunakan
sudut pandang orang kedua (kamu, kau), atau menggunakan sudut pandang
orang ketiga (penulis berada diluar cerita dan biasanya bertindak ‘serba
tahu’).
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah kemampuan pengarang menggunakan suatu bahasa untuk mengungkapkan ceritanya.
Di samping unsur-unsur lainnya, gaya menentukan keberhasilan sebuah
cerita. Secara tradisional dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita
bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya.
Kalimat-kalimat yang enak dibaca; ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup;
suspense yang menyimpan kerahasiaan; pemecahan persoalan yang rumit,
namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa
kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca
terpesona. Di samping sebagai tanda seorang pengarang, gaya tertentu
mampu menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen
lainnya seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan
penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci yang
menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.
7. Pesan/Amanat
Pesan
dalam cerpen adalah nilai-nilai kehidupan yang disampaikan penulis,
seperti nilai moral, nilai agama, dsb. Khusus untuk penulisan cerita
anak, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam menyisipkan
pesan moral.
a. Pesan
moral dalam cerita yang dibuat sebaiknya tidak berupa dialog nasehat
dari tokoh-tokoh keseharian yang memang sudah sering menasehati. Cerita
model 'kena batunya', akan lebih mengena untuk menyisipkan pesan moral,
ketimbang nasehat panjang.
b. Hati-hati
dengan tokoh anak-anak, yang tiba-tiba jadi serba tahu dan 'sok tua'.
Kecuali kalau memang itu sidah jadi karakter yang membangun cerita.
c. Dalam
memberi nasehat, efek ganjaran (seperti menakut-nakuti) memang sering
mengena. Namun sebaiknya juga jangan terlalu berlebihan. Misalnya,
karena sekali mencuri seorang tokoh kemudian tangannya buntung.
Teknik Menulis Cerpen
Secara
umum, modal dasar untuk menulis fiksi adalah kepekaan, kreativitas, dan
daya imajinasi. Kepekaan melihat atau realitas akan meletikkan ide yang
tak terduga. Dengan menghayati pengalaman, seseorang akan mudah
mengangkap ide untuk menulis. Jika pengalaman yang didapat tersebut
dipadukan dengan imajinasi, hasilnya adalah kreativitas.
Secara umum, langkah-langkah menulis cerpen adalah sebagai berikut.
a. Menentukan Tema
Ide
untuk pengembangan tema cerpen yang akan ditulis bisa digali dari
fakta/realita sehari-hari (seperti pengalaman pribadi, cerita teman, dan
buku harian), imajinasi (seperti khayalan dan mimpi), atau perpaduan
antara fakta dan imajinasi (seperti buku fiksi dan film).
b. Menentukan tokoh dan penokohannya.
Dalam
proses ini, penulis menentukan siapa tokoh protagonis dan antagonisnya,
lalu mendeskripsikan seperti apa ciri fisik dan watak khasnya, dsb.
c. Menyusun kerangka karangan (outline).
Menyusun outline bisa dimulai dengan membuat peta pikiran (mind mapping), lalu mengembangkannya menjadi kerangka utuh. Outline sangat berguna untuk mengingatkan apa yang ingin ditulis dan memudahkan penulis untuk mengedit hasil tulisan.
d. Menulis ringkasan cerita/sinopsis/garis besar cerita.
Garis besar cerita berisi poin-poin peristiwa penting yang akan terjadi dalam cerita.
e. Menjabarkan sinopsis menjadi cerita yang lengkap.
Proses
ini adalah proses utama yang akan menentukan keberhasilan sebuah
cerpen. Carmel Bird menyatakan ada dua pertanyaan penting yang akan
membantu penulis cerpen untuk mengembangkan sinopsis yang telah dibuat.
Pertanyaan ini berkaitan dengan tokoh cerita. Pertanyaan tersebut yaitu
siapa mereka dan apa yang terjadi pada mereka? Jawaban pertanyaan ini
akan membantu proses pengembangan cerita.
Ketika mengembangkan cerita, tidak jarang seorang penulis mengalami writer’s block, yaitu
kondisi ketika menulis terasa sulit (istilah populernya ’macet’).
Beberapa cara untuk mengatasi ’kemacetan’ ketika menulis diantaranya dengan membaca dan menulis apa saja, jalan-jalan, menonton film, olahraga, mendengarkan musik, berdiskusi (ngobrol) dengan teman , mengamati hal-hal kecil (yang biasanya luput dari perhatian), dsb.
f. Menentukan judul.
Judul
cerpen biasanya ditulis secara singkat (tidak lebih dari lima kata).
Judul yang baik adalah yang bisa menarik perhatian pembaca, unik,
membuat pembaca penasaran (terkesan bombastis).
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menulis cerpen:
a. Paragraf pertama yang mengesankan
Selain
judul, paragraf pertama menggambarkan ”etalase” sebuah cerita. Paragraf
pertama itu kunci, kunci pembuka. Khususnya untuk cerpen. Karena
merupakan karangan pendek, sebaiknya paragraf pertama langsung masuk ke
pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi
jika kemudian terkesan mengurai. Hal tersebut tentunya hanya
menghadirkan kebosanan bagi pembaca.
b. Pertimbangkan pembaca dengan baik
Pembaca
adalah konsumen, sedang pengarang adalah produsen. Produsen harus
senantiasa mempertimbangkan mutu produknya agar dapat dipasarkan.
Apalagi mengingat persaingan pasar yang semakin tajam. Pembaca sebagai
konsumen, jelas memerlukan bacaan yang baru, segar, unik, menarik, dan
menyentuh rasa kemanusiaan.
c. Menggali suasana
Melukiskan
suasana latar terkadang memerlukan detail yang apik dan kreatif.
Penggambaran suasana biasa-biasa yang sudah dikenal umum, tidak akan
begitu menarik bagi pembaca. Jika pengarang melukiskan kota jakarta,
misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas,
dan keramaian kotanya, berarti dalam penggambaran itu tidak ada yang
baru. Akan tetapi, ketika sorang pengarang sekilas melukiskan keadaan
kota jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya,
tentu penggambaran itu akan menjadi begitu menyentuh.
d. Menggunakan kalimat efektif
Kalimat-kalimat
dalam sebuah cerita adalah kalimat berkategori kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang berdaya guna, yang langsung memberikan
kesan kepada pembaca. Kalimat demi kalimat, baik dalam dialog maupun
narasi, disusun seefektif mungkin, sehingga pembaca merasa mudah untuk
menangkap maksud dari setiap bagian cerita itu. Di samping terampil
menggunakan kalimat efektif, dalam menulis cerita kita dituntut pula
memiliki kekayaan kosakata dan gaya bahasa. Hal tersebut tentu agar
cerita itu mengalir dengan lancar dan tidak kering serta membosankan.
e. Menggerakkan tokoh
Dalam cerita mestilah ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara fisik atau
psikis hingga terlukis kehidupan sebagaimana wajarnya dalam kehidupan
sehari-hari. Menggerakkan tokoh misalnya dengan cara melukiskan
gerak-gerik tokoh, mengaitkan dengan identitasnya, dsb.
f. Fokus cerita
Pada
dasarnya, dalam sebuah cerpen hanya ada satu persoalan pokok.
Persoalan-persoalan lain di dalamnya berfungsi sebagai pendukung. Dalam
cerpen, segala persoalan yabg ada terfokus pada satu persoalan pokok
itu. Seperti halnya karya foto, jika
fokusnya kabur atau objeknya tenggelam dalam objek sekelilingnya maka
karya foto itu bukan merupakan karya foto yang bagus. Sedangkan, foto
yang bagus adalah foto yang fokusnya tajam. Hal-hal lain yang tergambar
dalam foto itu, hanya merupakan faktor pendukung objek utama, yang
tampak wajar dan artistik.
g. Sentakan akhir
Cerita
harus diakhiri ketika persoalan sudah dianggap selesai. Akan tetapi,
kecenderungan cerita-cerita mutakhir sekarang adalah sentakan akhir yang
membuat pembaca ternganga dan penasaran. Mestinya cerita tersebut masih
ada lanjutannya, namun lanjutannya itu hanya berada di pikiran pembaca
sendiri. Terserah, bagaimana pembaca menafsirkan akhir cerita meski teks
cerpen sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Pendek
kata, akhir ceerita merupakan sentakan yang membuat pembaca terkesan.
Kesan yang ditimbulkannya mungkin bermacam-macam. Ada yang
senyum-senyum, menarik napas panjang atau merenung karena terharu tanpa
harus menulis kata-kata sedih. Kuncinya dari semua itu ada pada sentakan
akhir dalam paragraf penutup cerita itu.
Cerpen yang Menarik
Ada
konvensi tidak tertulis yang selama ini disepakati oleh penulis dan
pembaca cerpen, bahwa ciri cerpen yang menarik adalah sebagai berikut.
a. Ide orisinal dan segar
b. ceritanya unik
c. teknik/cara menulisnya kreatif
d. meninggalkan kesan mendalam pada pembaca
e. bisa memunculkan ide lain bagi pembaca
f. (khusus untuk cerpen yang dikirim ke media) sesuai dengan visi misi media yang dituju
0 komentar:
Posting Komentar